Ketua BAZNAS Sumatera Utara

HIJRAH DAN DAKWAH ANTARA SEMANGAT DAN POPULARITAS SERTA TANGGUNG JAWAB ILMIAH

15/07/2025 | di tuliskembali R.Peranginangin

Kata Hijrah belakangan ini tumbuh subur di tengah masyarakat. Dari kalangan pemuda hingga publik figur, semangat untuk kembali kepada ajaran Islam mulai menggeliat. Tanda-tanda hijrah pun tampak nyata: mulai dari perubahan penampilan, pola pikir, hingga munculnya gairah untuk menyampaikan kebaikan. NamSERTA Tun, muncul pula fenomena baru—orang-orang yang belum lama berhijrah tiba-tiba menjadi pendakwah publik, baik secara langsung maupun lewat media sosial.

Bagaimana kita menyikapinya? Apakah semangat itu cukup untuk berdakwah? Bagaimana posisi ilmu dalam prosePertanyaan-pertanyaan ini kami ajukan kepada Prof. Dr. H. Mohd Hatta, Ketua Bidang Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara, yang juga merupakan Ketua Baznas Sumatera Utara, seorang akademisi dan ulama yang telah puluhan tahun menggeluti dunia dakwah dan pendidikan Islam.s transformasi spiritual ini?

Hijrah: Sebuah Awal, Bukan Akhir

Bagi Prof. Hatta, hijrah adalah momentum yang sangat berharga. Ia menyebutkan bahwa semangat hijrah di kalangan masyarakat Indonesia, termasuk artis dan selebritas, merupakan pertanda baik bagi kehidupan beragama.

“Hijrah itu proses panjang, bukan sekadar perubahan penampilan. Ia harus diikuti dengan belajar, muhasabah, dan istiqamah,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa hijrah harus diarahkan kepada kedalaman iman, bukan hanya impresi luar.

Beberapa memang memiliki niat baik dan pengaruh besar, namun tak sedikit pula yang tergelincir karena kurangnya bekal ilmu.

“Semangat itu penting, tapi tidak cukup. Dakwah itu ibadah yang berat. Ia menuntut ilmu, akhlak, dan keikhlasan,” ujar Prof. Hatta tegas. Ia mencontohkan bahwa Rasulullah SAW sendiri menerima wahyu dan bimbingan selama bertahun-tahun sebelum aktif menyampaikan risalah ke tengah masyarakat

Popularitas Bukan Jaminan Kebenaran

Menurut Prof. Hatta, di era digital ini, jumlah pengikut dan penonton sering dijadikan tolok ukur keberhasilan dakwah. Padahal dalam Islam, keberhasilan dakwah tidak diukur dari viralitas, tetapi dari ketepatan isi dan keikhlasan niat.

“Jangan sampai popularitas mengalahkan urgensi ilmu. Rasulullah berdakwah bukan karena ia terkenal, tetapi karena ia membawa kebenaran,” tutur beliau.

Ia mengingatkan bahwa pendakwah adalah perpanjangan lisan Nabi. Maka, setiap kata yang diucapkan harus melewati pertimbangan ilmu dan akhlak. Ia mengajak masyarakat untuk lebih selektif dalam menerima konten keagamaan dan tidak menjadikan status publik figur sebagai legitimasi kebenaran

Dakwah adalah Amanah

Menutup perbincangan, Prof. Hatta menyampaikan pesan yang menyentuh: “Dakwah itu bukan profesi untuk tenar. Ia adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan. Kalau belum siap, lebih baik perkuat diri dulu dengan ilmu dan akhlak. Jika nanti berdakwah, maka dakwahlah dengan hati yang bersih dan tujuan yang ikhlas.”

 

Semangat hijrah adalah awal yang mulia, tetapi setiap awal butuh arah. Dan arah itu hanya bisa dicapai jika semangat dibimbing oleh ilmu, akhlak, dan bimbingan para ulama

 

KABUPATEN KARO

Copyright © 2025 BAZNAS

Kebijakan Privasi   |   Syarat & Ketentuan   |   FAQ  |   2.2.12